URINARIA
Pengertian
Sistem
perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh.
Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Ø Susunan sistem
perkemihan terdiri dari:
a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin,
b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih),
c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan
d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria
a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin,
b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih),
c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan
d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria
Ginjal (Ren)
Ginjal
terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti
biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya
lobus hepatis dexter yang besar.
Fungsi ginjal di bagi menjadi 4
bagian yaitu :
a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh,
d) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh,
d) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
Fascia Renalis terdiri dari :
a). fascia (fascia renalis),
b). Jaringan lemak peri renal,
c). kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ginjal.
a). fascia (fascia renalis),
b). Jaringan lemak peri renal,
c). kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ginjal.
Struktur Ginjal.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang
disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna
cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih
terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides
renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang
kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah
pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
Proses pembentukan urin Tahap
pembentukan urin.
a. Proses Filtrasi ,di glomerulus. Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate gromerulu
b. Proses Reabsorbsi. Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
c. Proses sekresi. Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
a. Proses Filtrasi ,di glomerulus. Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate gromerulu
b. Proses Reabsorbsi. Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
c. Proses sekresi. Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
Pendarahan.
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut arteriolae eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior.
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut arteriolae eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior.
Persarafan Ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
Ureter.
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Ø Lapisan dinding ureter terdiri
dari:
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos.
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos.
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
Ø Vesika Urinaria (Kandung Kemih).
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Ø
Dinding
kandung kemih terdiri dari:
a. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
b. Tunika muskularis (lapisan berotot).
c. Tunika submukosa.
d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
a. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
b. Tunika muskularis (lapisan berotot).
c. Tunika submukosa.
d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
ANATOMI DAN
FISIOLOGI KULIT
Kulit
merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan merupakan proteksi terhadap
organ-organ yang terdapat dibawahnya dan membangun sebuah barrier yang
memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar dan turut berpartisipasi
dalam banyak fungsi tubuh yang vital.
Luas kulit orang dewasa 1,5 -2 m2 dengan berat kira-kira 15
% dari berat badan manusia •Tebal bervariasi antara ½ - 3 mm. •Kulit sangat
kompleks, elastis dan sensitif bervariasi pada keadaan iklim, umur, sex, ras
dan juga bergantung pada lokasi tubuh
Kulit
dapat bergerak dan meregang tergantung pada :
ü
Tebal kulit
ü
Jumlah lipatan kulit
ü
Elastisitas kulit
ü
Perlekatan kulit dengan jaringan
dibawahnya
ü
Umur individu.
Lapisan
Kulit
ü
Epidermis
ü
Dermis
ü
Jaringan subcutan.
EPIDERMIS
Terdiri dari 5 lapisan (stratum)
berturut-turut dari atas ke bawah :
ü Stratum corneum
ü Stratum lucidum
ü Stratum garanulosum
ü Stratum spinosum/ spongiosum
ü Stratum basale
Stratum
Corneum
•Lapisan paling luar terdiri dari sel-sel gepeng dan tidak
berinti lagi, sudah mati dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin.
•Makin keatas makin halus dan lama-lama terlepas dari kulit
berupa sisik-sisik yang sangat halus.
•Diperkirakan, tubuh melepaskan 50-60 milyar keratinosit
(korneosit) setiap hari
Stratum
Lucidum
ü Hanya terdapat pada kulit yang tebal.
ü Mikroskop elektron menunjukkan bahwa sel-selnya sejenis
dengan sel-sel yang berada di stratum corneum.
Stratum
Granulosum
ü Terdiri dari tiga sampai empat lapisan atau keratocytes yang
dipipihkan.
ü Keratocytes ini berperan besar terhadap susunan keratin di
dalam lapisan atas epidermis.
Stratum
Spinosum
ü Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal
yang besarnya berbeda-beda, karena adanya proses mitosis.
ü Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan
inti terletak ditengah-tengah.
mengaktifkan sistem imunà•Diantara sel spinosum terdapat sel langerhans
Stratum
Basale
Ø Lapisan terdalam epidermis
melanin, sel warna untuk kulit (pigmen).à•10-20 % sel di stratum basale adalah melanocytes
Ø Butiran melanin berkumpul pada permukaan setiap
keratinocytes.
Kelenjar
pada kulit
a. Kelenjar Sebasea
a) Kelenjar sebasea, berkaitan dengan folikel rambut, ductus
kelenjar sebasea akan mengosongkan sekret minyaknya ke dalam ruangan antara
folikel rambut dan batang rambut
b) untuk setiap lembar rambut terdapat sebuah kelenjar sebasea
yang sekretnya akan melumasi rambut dan membuat rambut menjadi lunak serta
lentur
b. Kelenjar keringat
Ditemukan pada kulit sebagian besar
permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki.
Hanya glans penis, bagian tepi bibir (margo labium oris), telinga luar dan
dasar kuku yang tidak mengandung kelenjar keringat
Kelenjar Keringat diklasifikasikan menjadi 2 :
1. Kelenjar
ekrin
Ditemukan pada semua
daerah kulit. Saluran keluarnya bermuara langsung ke permukaan kulit. Keringat
dikeluarkan dari kelenjar ekrin sebagai reaksi terhadap kenaikan suhu sekitarnya
dan kenaikan suhu tubuh.
2. Kelenjar
apokrin
Kelenjar apokrin terdapat di daerah
aksila, anus, skrotum dan labia mayora. Kelenjar apokrin menjadi aktif pada
pubertas. Kelenjar ini memproduksi keringat yang keruh dan diuraikan oleh
bakteri sehingga menghasilkan bau yang khas.
Rambut
Rambut terdiri atas akar rambut yang
terbentuk dari dermis dan batang rambut yang menjulur keluar dari dalam kulit.
Rambut tumbuh dalam sebuah rongga yang dinamakan folikel rambut. Proliferasi
sel-sel dalam bulbus pili menyebabkan pembentukan rambut.
1.
Folikel rambut akan
mengalami :
siklus pertumbuhan dan istirahat. Kecepatan pertumbuhan rambut
bervariasi, pertumbuhan rambut janggut berlangsung paling cepat dan kecepatan
pertumbuhan ini diikuti oleh rambut pada kulit kepala, aksila serta alis mata.
2.
Fase pertumbuhan (anagen) ;
dapat berlangsung sampai selama 6 tahun untuk rambut kulit kepala,
sementara fase istirahat (telogen) kurang lebih selama 4 bulan.
3.
Selama fase telogen, rambut akan
rontok dari tubuh.
Keseimbangan
air
Stratum
corneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan mencegah
kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan
mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan. Bila kulit mengalami
kerusakan misalnya pada luka bakar, cairan dan elektrolit dalam jumlah yang
besar dapat hilang dengan cepat.
Pengaturan
suhu (thermoregulator)
Tubuh
secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme makanan
yang memproduksi energi.
v
Ada beberapaFungsi
komunikasi oleh ekspresi respon otonom antara lain :
1.
Produksi
vitamin
Kulit
yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk
mensintesis vitamin D (kolekalsiferol).
2.
Fungsi
respons immun
Beberapa
sel dermal (sel langerhans, interleukin1 yang memproduksi keratinosit dan sub
kelompok limfosit T) merupakan komponen penting dalam sistem immun
Ø
Sistem
immun local di bagi menjadi 2 yaitu :
a) SALT (skin associated lymphatic tissue)
b) MALT (mucosa associated lymphatic tissue)
SALT (Skin Associated Lymphatic
Tissue)
Struktur khusus SALT atau SIS (Skin
associated immune system) yaitu:
a) Antigen presenting sel (sel Langerhans, monosit, jaringan
makrofag)
b) Sel efektor (Sel T, sel B, NK cells, granulosit, sel mast)
c) Keratinosit (produksi sitokin)
Ø Sel Langerhans secara normal terdapat dikulit dan setelah
diaktivasi akan berpindah ke nodus limfe dan kontak dengan sel T (sebagai
pertahanan spesifik).
Ø EX : saat mengalami dermatitis kontak akibat alergi
perhiasan yang mengandung nikel masuk ke kulit dan berikatan dengan protein
endogen kemudian difagositosis sebagai antigen oleh makrofag kulit (sel
langerhans).
MALT (mucosa associated lymphatic
tissue)
Merupakan
jaringan limfoid ekstranodul yang berhubungan dengan mukosa diberbagai lokasi
seperti SALT (kulit), BALT (bronkus), GALT (saluran cerna, mukosa hidung, mamae
dan serviks uterus)
Struktur khusus MALT(mucosa associated lymphatic tissue)
a) Mengandung
sel limfosit dan APC.Mengawali respon imun terhadap antigen yang terhirup dan
termakan.
b) Banyak
antigen yang masuk melalui kulit dan banyak respon imun yang diawali di kulit
Proses eliminasi sisa metabolisme
Kebutuhan Eliminasi urinaria Eliminasi
metabolisme (sisa Eliminasi alvie/buang air besar pencernaan) Kebutuhan
eleminasi urinaria Organ apasaja yang berperan dalam prosee eliminasi
metabolisme Organ yang berperan ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra Ginjal Ginjal
merupakan organ retroperitoneal (di belakan selaput perut)nyang terdiri atas
ginjal sebelah kiri dan kanan tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur
komposisi dan volume cairan dalam tubuh. Ginjal juga menyaring bagian dari
darah untuk di buang dalam bentuk urine sebagai zat sisa yang tidak di perlukan
oleh tubuh. kandung kemih
Faktor yang Mempengarhi
Eliminasi Alvi
1.
Usia
Setiap
tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang
berbeda.
2.
Diet
Diet
pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi.
Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan
defekasi dan jumlah yang dikonsumsi dapat mempengaruhinya.
3.
Asupan Cairan
Pemasukan
cairan yang kurang ke dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh karena
itu, proses absorpsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi.
4.
Aktivitas
Aktivitas
dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tinus otot abdomen,
pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi.
5.
Pengobatan
Pengobatan
juga dapat mempengaruhi proses defekasi, sperti penggunaan laksantif, atau
antasida yang terlalu sering.
6.
Kebiasaan atau Gaya Hidup
Kebiasaan
atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada
seseorang yang memiliki gaya hidup sehat atau terbiasa melakukan buang air
besar di tempat bersih atau toilet, jika seseorang terbiasa buang air besar di
tempat yang kotor, maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
7.
Nyeri
Adanya
nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keingian untuk defekasi seperti nyeri
pada kasus hemorrhoid atau episiotomy.
9.
Kerusakan Sensoris dan Motoris
Kerusakan
pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses defekasi karena
dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan defekasi.
Proses
eliminasi sisa pencernaan
v Penanggulangan Gangguan Eliminasi
Alvi dapat dibagi menjadi 6 yaitu :
1.
Menyiapkan Feses untuk Bahan Pemeriksaan
Menyiapkan
feses untuk bahan pemeriksaan merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengambil
feses sebagai bahan pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut yaitu pemeriksaan lengkap
dan pemeriksaan kultur (pembiakan).
2.
Memberikan Huknah Rendah
Memberikan
huknah rendah merupakan tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon
desensen dengan menggunakan kanula rekti melalui anus. Tindakan tersebut
bertujuan untuk mengosongkan usus pada proses prabedah agar dapat mencegah
terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak pasca operasi dan merangsang buang
air besar pada pasien yang mengalami kesulitan buang air besar.
3.
Memberikan Huknah Tinggi
Memberikan
huknah tinggi merupakan tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon asenden
dengan menggunakan kanula usus. Hal tersebut dilakukan untuk mengosongkan usus
pada pasien prabedah untuk prosedur diagnostik.
4.
Membantu Pasien Buang Air Besar dengan
Pispot
Membantu
pasien buang air besar dengan pispot ditempat tidur merupakan tindakan bagi
pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri di kamar mandi.
5.
Memberikan Gliserin
Memberikan
gliserin merupakan tindakan memasukkan cairan gliserin ke dalam poros usus
dengan menggunakan spuit gliserin. Hal ini dilakukan untuk merangsang
peristaltik usus, sehingga pasien dapat buang air besar.
6.
Mengeluarkan Feses dengan Jari
Mengeluarkan
feses dengan jari merupakan tindakan memasukkan jari ke dalam rektum pasien
untuk mengambil atau menghancurkan feses sekaligus mengeluarkannya
.
hormon-hormon yang terkait dengan
eliminasi
1. Hormon
anti diuretic (ADH) duktus untuk meremeabilit
Dibentuk
dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH adalah
meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang
disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh
kemudian diabsorpsi secara osmosis.
Pengaturan
produksi ADH: bila cairan ekstraseluler menjadi terlalu pekat, maka cairan
ditarik dengan proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor sehingga mengurangi
ukuran sel dan menimbulkan sinyal saraf dalam hipotalamus untuk menyekresi ADH
tambahan. Sebaliknya bila cairan ekstraseluler terlalu encer, air bergerak
melalui osmosis dengan arah berlawanan masuk ke dalam sel. Keadaan ini akan
menurunkan sinyal saraf unutk menurunkan sekresi ADH.
Salah
satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ADH menjadi kuat adalah penurunan
volume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat saat volume darah turun 15-25%
dengan kecepatan sekresi meningkat 50x dari normal. Peranan penting dalam
proses pembentukan laktasi adalah menyebabkan timbulnya pengiriman air susu
dari alveoli ke duktus sehingga dapat diisap oleh bayi.
2. Mineralocorticoids
:
hormon
steroid glomerulosa zona disekresikan oleh korteks adrenal. Mereka mengatur
elektrolit dan keseimbangan air dalam tubuh misalnya
keringat, urin, empedu dan air liur.
Aldosteron: 95%
dari kegiatan mineralokortikoid ada di rekening hormon ini. Sekresi aldosteron
dirangsang oleh peningkatan K + atau jatuh dalam Na +konsentrasi
dan volume darah. Aldosteron mengurangi Na + (dan Cl -) eliminasi
dengan membantu dalam reabsorpsi aktif dari nephric filtrat dengan bertindak
lebih dari tubulus distal dan tubulus convulated mengumpulkan.. Ini
mempromosikan K + eliminasi dan mengurangi kehilangan air. Jadi
aldosteron menjaga keseimbangan elektrolit.
3. Hormone
ovarium (estrogen dan progesteron),
disekresi oleh ovarium akibat respons terhadap dua hormone dari kelenjar hipofisis.
disekresi oleh ovarium akibat respons terhadap dua hormone dari kelenjar hipofisis.
Ø Estrogen
: alami yang menonjol adalah estroidal (estrogen kuat), ovarium hanya membuat
estrodiol merupakan produk degradasi (perubahan senyawa) steroid-steroid pada
wanita yang tidak hamil, selama kehamilan diproduksi oleh plasenta. Estrogen
beredar terikat pada protein plasma dan proses peningkatannya terjadi dalam
hati yang melaksanakan peran ganda dalam metabolisme estrogen.
EX : Urine wanita hamil
benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta.mekanisme aksi
estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran.
Ø Progesteron
: metabolism progesterone yang utama di dalam urine ialah pregnanediol (tidak
aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks adrenal). Senyawa ini dibuang
sebagai glucuronic (senyawa glikosid).
Volume
urine
Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam
Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang terjadi
pada masalah kebutuhan eliminasi urine adalah sebagai berikut :
1. Perubahan pola eliminasi urine
ü Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomali saluran urinaria
ü Penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih akibat
penyakit
ü Kerusakan
pada saluran kemih
ü Efek pembedahan pada saluran kemih
2. Inkontinensia fungsional
ü Penurunan isyarat kandung kemih
ü Kerusakan kemampuan untuk mengenal isyarat akibat cedera
atau kerusakan kandung kemih
ü Kerusakan
mobilitas
ü Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris
3. Inkontinensia refleks
Gagalnya fungsi rangsang di atas tingkatan
arkus refleks akibat cedera pada medulla spinalis
4. Inkontinensia stress
ü
Tingginya tekanan Intraabdimibal dan
lemahnya otor pelviks akibat kehamilan
ü
Penurunan tonus otot
5. Inkontinensia total
Defisit komunikasi atau persepsi
6. Inkontinensia dorongan
Penurunan kapasitas kandung kemih
akibat penyakit infeksi, trauma, tindakan pembedahan, faktor penuaan
7. Retensi urine
Adanya hambatan pada sfingter akibat
penyakit struktur, BHP
8. Perubahan body image
Inkontinensia dan enuresis
9. Resiko terjadinya infeksi saluran
kemih pemasangan kateter dan kebersihan perineum yang kurang
10. Resiko perubahan keseimbangan
cairan dan elektrolit gangguan drainase ureterostomi